Pembelajaran Berbasis 6C’S Abad 21

Mutu tamatan yang matang serta siap bekerja patut didorong dan ditopang melalui standar kualitas lulusan yang sudah diatur oleh setiap institusi dari setiap negara. Mutu pendidikan yang berkualitas, SDM (sumber daya manusia) terus dikelola dengan sebaik mungkin memenuhi tuntutan global. Hal ini untuk menghindari rendahnya kualitas SDM dengan pola pendidikan rendah yang dapat menyebabkan runtuhnya perekonomian, pendidikan, serta pembangunan dalam sebuah negara. Peningkatan kualitas lulusan ini diakibatkan adanya daya saing yang cukup panas akan kebutuhan tenaga kerja lulusan yang bermutu

Untuk itu kemampuan 6C’S merupakan kemampuan berpikir yang wajib dikembangkan dan dimiliki oleh setiap mahasiswa disetiap perguruan tinggi. Kemampuan 6C’S yang terdiri dari creative thinking, critical thinking, collaboration, communication, compassion and computational thinking.  Menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim menilai lulusan sekolah dan perguruan tinggi kerap dikeluhkan di diunia kerja, karena dianggap kurang memiliki kemampuan komunikasi, kurang mampu berkolaborasi, kurang disiplin, tidak tepat waktu dan tidak mampu membuat keputusan sendiri. Hal ini disebabkan  belum fokusnya 6C’S dalam sistem pendidikan di Indonesia. Demikian saat mensosialisasikan kebijakan tentang kampus merdeka. Tujuan yang ingin digapai dalam penerapan kemampuan ini agar terciptanya lulusan perguruan tinggi yang berkompeten.

Maka buku pembelajaran berbasis 6C’S hadir sebagai acuan bagi dosen dan mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan pada abad 21 dan era revolusi industri 4.0 sehingga para pihak yang terlibat dalam tata kelola kebijakan mulai dari unsur kementrian agama pusat, PT, mahasiswa dan mitra kerja sama mempunyai peran, tugas dan fungsi saling berkaitan dan mendukung, demi terciptanya sumber daya manusia yang mampu bersinergi dengan baik. Serta dosen dan mahasiswa mampu bersiap-siap menuju pembelajaran pada society era 5.0.