Telaah Historis-Hermeneutis Terhadap Hadis-Hadis Tentang Ayah

H, Hardivizon (2016) Telaah Historis-Hermeneutis Terhadap Hadis-Hadis Tentang Ayah. Technical Report. LP2M IAIN Curup.

[img] Text
[P3M2016] 3-laporan akhir-hardivizon - Hardi Vizon.pdf

Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi pemahaman hadis mengenai tema ayah. Sisi-sisi yang akan ditelaah adalah pada dimensi historis hadis nabi, dari mulai turunnya hingga kajian seputar ma’ān al-ḥadīṣ. Dari upaya tersebut, dibuatlah konsep peta historis baik dari sisi hermeneutis dalam kajian Islam maupun relevansinya dalam kajian hadis, guna mendapatkan makna yang lebih kontekstual dan aplikatif. Pertanyaan penting yang diketengahkan adalah, bagaimana kualitas hadis-hadis tentang ayah dan bagaimana memahaminya? Juga, bagaimana kontekstualisasi makna hadis-hadis tersebut dalam era kekinian? Jenis penelitian ini adalah library research atau penelitian kepustakaan dengan pendekatan analisis historis-hermeneutis. Pendekatan ini diadopsi dari hermeneutika Hassan Hanafi dalam memahami teks wahyu sebagai sumber hukum. Yakni, berangkat dari tiga kesadaran; 1) sejarah (asy-syu’u>r at-ta>ri>khy), yang berfungsi menjamin validitas teks-teks wahyu dalam sejarah; 2) eidetis (asy-syu’u>r at-ta’ammuli) yang berfungsi memahami teks-teks wahyu dan interpretasinya; 3) praksis (asy-syu’u>r al- ‘amali) yang berfungsi merelevansikan nilai-nilai aturan hukum dalam permasalahan duniawi dan memanifestasikan tendensi-tendensi teks dalam sejarah. Tiga tema yang diangkat dalam penelitian ini, yakni hadis tentang larangan membenci ayah, hak ayah atas harta anak, dan ayah adalah sebaik-baik pintu surga. Secara kualitas, ketiga hadis yang diteliti berada pada posisi maqbūl, yakni dapat diterima sebagai hujjah. Sehingga, tidak ada keraguan bahwa ia benar-benar berasal dari Rasulullah saw. Makna yang terkandung dalam ketiga hadis yang diteliti ini secara umum menekankan betapa pentingnya peran seorang ayah dalam kehidupan seorang anak. 1) Membenci ayah akibatnya adalah membuat seorang anak jatuh dalam kekufuran. Seburuk apapun kondisi seorang ayah, anak tidak boleh membencinya apalagi tidak mengakuinya. Ancaman dosa besar diberikan oleh Nabi terhadap orang yang melakukan perbuatan tersebut. 2) Kebaikan seorang anak terhadap ayahnya, pun harus diwujudkan dalam bentuk santunan berupa harta kepada beliau. Tidak salah bila seorang ayah mengambil harta anaknya, meski sang anak sudah berumahtangga. Asal, yang diambil dalam porsi normal untuk kebutuhan hidup sang ayah, bukan untuk menghambur- hamburkannya yang akan menyengsarakan sang anak. 3) Pengabdian anak kepada ayahnya juga dapat berdampak pada keridhaan Allah swt. yang akan menjadi penyebab sang anak masuk ke surgaNya. Menyia-nyiakan ayah, akan dapat menghambat seseorang merasakan nikmatnya surga Allah, karena ayah adalah sebaik-baiknya pintu surga. Bagaimana bisa seseorang masuk surga bila sang pintu tidak mau terbuka. Menghormati ayah dan berbuat baik kepadanya, akan membuat pintu itu terbuka.

Item Type: Monograph (Technical Report)
Creators:
CreatorsEmail
H, Hardivizonhardi.vizon@gmail.com
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
Divisions: Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah > Ilmu al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Administrator Repository
Date Deposited: 19 Oct 2019 06:02
Last Modified: 15 Nov 2019 17:08
URI: http://repository.iaincurup.ac.id/id/eprint/19

Actions (login required)

View Item View Item